Kehadiran Bandara Internasional Yogyakarta/Yogyakarta International Airport (BIY/YIA) di Kecamatan Temon, terbukti mampu mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulonprogo. Jika pada 2017 pertumbuhan ekonomi kabupaten ini hanya 5,97 persen, pada 2018 pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha, meroket menjadi 10,84 persen.
Wakil Bupati Kulonprogo Drs H Sutedjo membenarkan, pertumbuhan ekonomi kabupaten ini mengalami peningkatan tajam tidak lepas dari adanya berbagai pembangunan dan dua kebijakan program nasional yakni pembangunan YIA serta penetapan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur.
’’Kami bersyukur meski dua kebijakan program nasional tersebut belum rampung, tapi saat ini sudah membawa dampak positif bagi peningkatan perekonomian Kulonprogo. Sehingga berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, pertumbuhan ekonomi Kulonprogo meningkat tajam mencapai 10,84 persen. Angka tersebut di atas rata-rata provinsi dan nasional,” kata Wabup Sutedjo pada Upacara Pengetan Hadeging Praja Kulonprogo Ingkang Kaping 68 di Alun-alun Wates, Selasa (15/10).
Upacara Peringatan HUT ke-68 Kabupaten Kulonprogo bertemakan ‘Dengan Inovasi Kita Wujudkan SDM Unggul dan Berkarakter Menuju Kemandirian Kulonprogo yang Lebih Maju’ itu dimeriahkan tarian kolaborasi Kagama Beksan dan Kagama Teater menyuguhkan Tari Wira Pertiwi Nyi Ageng Serang. Acara ini juga dihadiri Kepala BKKBN dr H Hasto Wardoyo SpOG, Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda DIY Drs Tavip Agus Rayanto mewakili Gubemur DIY Sri Sultan HB X, Sekda Kulonprogo Astungkoro dan Ketua DPRD Kulonprogo Akhid Nuryati.
Selain memanfaatkan dua mega proyek tersebut, Pemkab Kulonprogo juga terus menggelorakan semangat Bela Beli Kulonprogo dengan jargon Nek Isa Nandur Ngapa Tuku lan Nek Isa Gawe Ngapa Tuku, sehingga masyarakatnya lebih produktif dan mengurangi sikap konsumtif. “Kami berharap pertumbuhan ekonomi yang tinggi bisa dipertahankan pada masa mendatang dengan mengajak masyarakat terus meningkatkan produktivitasnya, sehingga menjadi orang yang produktif bukan konsumtif. Dengan demikian masyarakat memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi daerah,” tutumya.
Pembinaan-pembinaan terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga mendapat perhatian dan apresiasi Pemerintah Pusat, sehingga Kulonprogo banyak menerima penghargaan bergengsi. “Awal Oktober, saya menerima Penghargaan Natamukti Award 2019 yang diserahkan Sekretaris Menteri Koperasi dan UKM Prof Dr Rully Indrawan MSi di Bogor,” ujamya seraya menambahkan, pembinaan UMKM yang telah dilakukan antara lain penerapan Perda Penataan Toko Modem dan perlindungan pasar rakyat, pasar tradisional serta beberapa toko modern sudah diakuisisi koperasi sehingga produk UMKM Kulonprogo sudah banyak masuk ke Tomira.
“Dengan banyaknya produk UMKM yang masuk Tomira kemudian sekarang produk UMKM bisa masuk gerai di BIY, berarti banyak produk UMKM yang bisa terpasarkan dan terpublish dengan baik. Pengembangan UMKM kita sudah on the track, tinggal kita kembangkan lebih optimal lagi, sehingga semakin banyak UMKM yang menghasilkan produk berkualitas dan masuk pasar lebih luas lagi,” ungkap Sutedjo.
Kepala Bappeda Kulonprogo Ir Agus Langgeng Basuki optimis selama dua tahun ke depan pertumbuhan ekonomi Kulonprogo masih tetap tinggi. “Pertumbuhan ekonomi Kulonprogo pada 2018 fantastis. Mungkin sepanjang sejarah selama DIY berdiri baru kali ini pertumbuhan ekonomi kita dua digit, 10,84 persen. Ini memang dipengaruhi investasi bandara baru, mulai dari pengadaan tanah pada 2017 kemudian pembangunan infrastruktur yang saat ini belum selesai, sudah ada investasi senilai Rp 10 triliun dengan akses lain, sehingga mendongrak pertumbuhan ekonomi Kulonprogo,” jelasnya.
Upaya yang harus dilakukan Pemkab dan masyarakat Kulonprogo mempertahankan kondisi saat ini sehingga tidak terjadi penurunan drastis. “Perhitungan kami 2019 pertumbuhan ekonomi Kulonprogo masih di atas 10,84 persen. Bahkan hasil diskusi kami bersama teman-teman BPS, dengan perhitungan-perhitungan investasi yang ada di Kulonprogo, pertumbuhan ekonomi kita bisa mencapai 11 persen. Karena masih ada penyelesaian bandara yang ditargetkan rampung Maret 2020,” katanya.
Demikian juga pengadaan tanah pada 2019 untuk trase rel KA kemudian pembangunan infrastruktumya juga sudah dimulai dan dilanjutkan di 2020. “Analisis kami pertumbuhan ekonomi pada 2018 sebesar 10,84 persen itu masih bisa bertahan bahkan naik di 2019. Di 2020 harapan kami jalan tol sudah ada pembangunan, sehingga pertumbuhan ekonomi masih bisa bertahan. Kita perlu hati-hati pada 2021, sehingga harus bisa mempertahankan investasi yang masuk,” tutumya.
Kabid Informasi Komunikasi Publik dan Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Kulonprogo R Sigit Pumomo SIP mengungkapkan, berdasarkan rilis BPS DIY, ada tiga komponen atau sektor yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kulonprogo, yakni sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Kontribusi dari sektor tersebut terhadap PDRB Kulonprogo pada 2018 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1,82 triliun atau 17,62 persen. Kemudian sektor perdagangan besar dan eceran kontribusinya sekitar 13,46 persen serta kontribusi dari sektor konstruksi sekitar 13,34 persen.
Wakil Ketua DPRD Kulonprogo Ponimin Budi Hartono SE mengaku senang atas tingginya laju pertumbuhan ekonomi Kulonprogo, tapi juga masih ragu. “Kita ini kan melihat apa yang disampaikan untuk dua digit itu, saya sangat senang tapi juga masih ragu. Pertumbuhan ekononi dilihat dari sudut pandang administrasi atau riil yang ada di masyarakat. Memang kekuatan masyarakat kita ada pada tenaga dalam konteks kasar. skill bisa dihitung,” ujamya.
(Sumber berita: Kedaulatan Rakyat, 16/10/2019, hal: 1)